widgeo.net

Kamis, 12 Juni 2014

batuk efektif

Batuk Efektif
Pengertian :
Merupakan latihan batuk untuk mengeluarkan secret.
Persiapan alat :
·         Sputum pot
·         Lisol 2 -3 %
·         Handuk pengalas
·         Peniti
·         Bantal ( jika diperlukan )
·         Tisu
·         Bengkok
Prosedur pelaksanaan :
·         Setelah menggunakan pengobatan bronkodilator ( jika diresepkan ), tarik nafas dalam lewat hidung dan tahan nafas untuk beberapa detik.
·         Batukkan 2 kali, batuk pertama untuk melepaskan mucus dan batuk kedua untuk mengeluarkan secret. Jika klien merasa nyeri dada pada saat batuk, tekan dada pada saat batuk, tekan dada dengan bantal. Tamping secret pada sputum pot yang berisi lisol.
·         Untuk batuk menghembus, sedikit maju kedepan dan ekspirasi kuat dengan suara “ hembusan”.
·         Inspirasi dengan nafas pendek cepat secara bergantian ( menghirup ) untuk mencegah mucus bergerak kembali ke jalan nafas yang sempit.
·         Istirahat.
·         Hindari batuk yang terlalu lama karena dapat menyebabkan kelelahan dan hipoksia.



pemberian huknah

PEMBERIAN HUKNAH RENDAH – HUKNAH TINGGI
A.    Huknah Rendah.
Huknah rendah adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukan cairan hangat kedalam kolon desendens dengan menggunakan kanula rectal melalui anus. Huknah rendah dilaksanakan sebelum operasi ( persiapan pembedahan ) dan pasien yang mengalami obstipasi.

B.     Huknah Tinggi.
Huknah tinggi adalah tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon desendens dengan menggunakan kanul usus. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan umum.

C.     Tujuan.
1.      Mengosongkan usus pada pra – pembedahan untuk mencegah hal – hal yang tidak diinginkan selama operasi berlangsung, seperti BAB.
2.      Merangsang buang air besar atau merangsang peristaltic usus untuk mengeluarkan feses karena kesulitan untuk defekasi ( pada pasien sembelit ).

D.    Alat dan Bahan.
1.      Pengalas.
2.      Irrigator lengkap dengan kanul rectal dan klem.
3.      Cairan hangat ( 700 – 1000 ml dengan suhu 40◦ - 43◦ C ).
4.      Bengkok.
5.      Jelly.
6.      Pispot.
7.      Sampiran.
8.      Sarung tangan.
9.      Tisu.
10.  Air bersih untuk cebok.

Perhatikan :
1.      Cek instruksi dokter.
2.      Catat jumlah dan macam cairan serta waktu pemberian.
3.      Masukkan cairan harus perlahan – lahan.
4.      Catat hasilnya ( feses ).
5.      Kaji kondisi klien seperti : mobilitasnya, hemoroid, dan control spingter eksternal.
6.      Anjurkan klien bernafas dengan mulut selama pemberian.
7.      Setelah diberikan anjurkan klien menahan 5 – 20 menit.



DAFTAR PUSTAKA
Perry P, 1993, Fundemental Of Nursing, CV Mosby Company, St Louis Missouri.
Azis Alimut Hidayat, 2004, Buku Saku Praktikum “ Kebutuhan Dasar Manusia “, EGC Jakarta.
Eni Kusyati, 2006, “ Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar “, EGC Jakarta.
Priharjo Robert, 2006, “ Pengkajian Fisik Keperawatan “, EGC Jakarta.

Penuntun Panum. 2007. UNHAS. Makassar. 

selengkapnya.....



Kolostomi

KOLOSTOMI
PENGERTIAN.
·         Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses ( M. Bouwhuizen, 1991 ).
·         Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feses ( Randy, 1987 ).
·         Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses ( Evelyn, 1991 ; Pearce, 1993 ).
JENIS – JENIS KOLOSTOMI.
Kolostomi dibuat berdasarkan berbagai indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara.
1.      KOLOSTOMI PERMANEN.
Kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan / pengangkatan kolon sigmoid / rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Bentuknya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu lubang diujung ).
2.      KOLOSTOMI TEMPORER / SEMENTARA.
Bertujuan untuk dekompresi kolon / mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mulosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama kolostomi biasanya masih terjadi pembekakkan sehingga stoma semakin membesar.
Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparatomi ( pembukaan dinding abdomen ). Luka laparatomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma dan kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka laparatomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dengan rutin melakukan perawatan luka kolostomi, mengganti kantong kolostomi yang bocor dan mengotori abdomen serta mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering agar tidak terjadi iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien.
Kulit disekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep / zink oil atau segera konsultasikan pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.




PENDIDIKAN PADA PASIEN.

Pasien dengan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum maupun setelah operasi terutama perawatan kolostomi bagi pasien yang harus menggunakan kolostomi permanen.
Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
·         Teknik penggantian / pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar.
·         Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma.
·         Waktu penggantian kantong kolostomi.
·         Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien.
·         Pola makan yang baik agar pengeluaran feses tidak mengganggu aktifitas pasien.
·         Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi.
·         Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan pasien.
·         Berbagai keluhan yang harus di laporkan segera pada dokter.
·         Berobat / control ke dokter secara teratur.
·         Makanan : yang tinggi serat.

KOMPLIKASI KOLOSTOMI
1.      Obstruksi / Penyumbatan.
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau pengerasan usus yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindarinya, perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pasien dengan kolostomi permanen perlu diajarkan tindakan irigasi agar pasien dapat melakukannya secara mandiri di kamar mandi.

2.      Infeksi.
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menyebabkan terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu observasi rutin sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolostomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.

3.      Retraksi Stoma / mengkerut.
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlau sempit dan juga adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma.

4.      Prolaps pada stoma.
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.

5.      Stenosis.
Penyempitan dari lumen stoma yang terjadi karena adanya jaringan scar pada pertemuan mukosa stoma dan kulit.

PERAWATAN KOLOSTOMI

PENGERTIAN.
Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.

TUJUAN.
·         Menjaga kebersihan klien.
·         Mencegah terjadinya infeksi.
·         Mencegah iritasi kulit sekitar stoma.
·         Mempertahankan kenyamanan klien dan lingkungannya.
PERSIAPAN ALAT.
·         Kantong kolostomi.
·         Satu set ganti balutan ( pinset anatomis, pinset chirurgis, kom kecil dan gunting).
·         Kapas.
·         Kassa steril.
·         Larutan NaCl 0,9%
·         Betadine sal ( k/p ).
·         Sepasang sarung tangan.
·         Bengkok / piala ginjal.
·         Perlak dan pengalas.
·         Kantong plastic.
·         Tempat sampah.
PERSIAPAN KLIEN.
·         Memberikan penjelasan pada klien tentang tujuan tindakan.
·         Mengatur posisi klien ( supinasi ).
·         Mengatur tempat tidur klien dan lingkungan klien ( menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur ( k/p ), mempersilahkan keluarga untuk menunggu diluar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi klien. Dll.
PELAKSANAAN.
v  Perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
v  Meletakkan perlak dan pengalas disebelah kanan / kiri sesuai letak stoma.
v  Meletakkan bengkok diatas perlak dan didekatkan ketubuh klien.
v  Membuka set ganti balutan dan menyiapkan cairan NaCl 0,9%.
v  Mengobservasi produk stoma ( warna, konsisten, bau, jumlah ).
v  Membuka kantong kolostomi yang terpasang pada tubuh klien dengan sangat hahti – hati. Dengan menggunakan pinset dan tangan kiri menekan kulit klien.
v  Membuang kantong kolostomi kotor ke tempat sampah / plastic.
v  Membersihkan kulit sekitar stoma dengan kapas NaCl 0,9%.
v  Membersihkan stoma dan sisa feses / produk stoma dengan kapas NaCl 0,9% dengan sangat hati – hati ( hindari perdarahan ).
v  Mengeringkan kulit sekitar stoma dengan kassa steril kering.
v  Mengobservasi stoma dan kulit sekitar stoma.
v  Memberi zink salep / / zink oil jika perlu ( jika ada iritasi ).
v  Membuka salah satu sisi perekat kantong kolostomi.
v  Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical / horizontal / miring sesuai kebutuhan klien ( sesuaikan dengan aktifitas klien ).
v  Memasukan stoma kelubang kantong kolostomi dengan menggunakan pinset.
v  Membuka perekat kantong kolostomi pada sisi yang lain dan menempelkan dengan tepat untuk menghindari udara masuk kantong kolostomi.
v  Merapikan klien dengan lingkungan’na.
v  Mengevaluasi respon klien dan keadaan stoma.
v  Merapikan alat – alat yang telah digunakan dan membuang sampah.
v  Melepas sarung tanga dan cuci tangan.
v  Mendokumentasikan tindakan keperawatan dan respon klien pada catatan perawatan.
v  DAFTAR PUSTAKA
Perry P, 1993, Fundemental Of Nursing, CV Mosby Company, St Louis Missouri.
Azis Alimut Hidayat, 2004, Buku Saku Praktikum “ Kebutuhan Dasar Manusia “, EGC Jakarta.
Eni Kusyati, 2006, “ Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar “, EGC Jakarta.
Priharjo Robert, 2006, “ Pengkajian Fisik Keperawatan “, EGC Jakarta.
Penuntun Panum. 2007. UNHAS. Makassar
http://bit.ly/1l42ObZ

Selasa, 10 Juni 2014

perawatan trakeostomi

PERAWATAN TRAKEOSTOMI TUBE
Pengertian.:
Trakeostomi perlu dibedakan dengan trakeotomi, trakeostomi merupakan tindakan membuat stoma ( lubang ) pada trakea sedangkan trakeotomi melakukan insisi pada trakea.
Tujuan :
1.      Untuk membebaskan obstruksi jalan nafas bagian atas.
2.      Melindungi trakea serta cabangnya terhadap aspirasi dan tertimbunnya sekresi bronkus.
3.      Pengobatan terhadap penyakit ( keadaan ) yang menyebabkan isufisiensi respirasi seperti obstruksi sleep apnea, PPOK dengan retensi sekresi.
4.      Merupakan fasilitas proses weaning.
Teknik insisi kulit pada trakeostomi dilakukan secara horizontal atau vertical.
Macam Trakeostomi :
1.      Trakeostomi tinggi bila stoma lebih tingggi dari ismus tiroid.
2.      Trakeostomi menengah bila stoma setinggi ismus tiroid dan dikatakan.
3.      Trakeostomi rendah bila stoma lebih rendah dari ismus tiroid.
Lokasi stoma pada trakea :
1.      Stoma pada trakea dilakukan pada cincin trakea ke 2, 3, atau 4.
2.      Stoma tidak dilakukan pada cincin trakea 1 untuk mencegah terjadinya penkondritis tulang rawan krikoid.
3.      Stoma tidak dilakukan dibawah cincin ke 4 karena banyak terdapat pembuluh – pembuluh darah besar.
Perawatan yang baik pada pasca trakeostomi meliputi :
1.      Tindakan pengisapan lendir.
2.      Pemeriksaan periodic kanul dalam.
3.      Humidifikasi buatan.
4.      Perawatan luka operasi di stoma.
5.      Pencegahan infeksi sekunder jika menggunakan kanul dengan cuff ( baton ) yang high volume low pressure cuff, dengan tekanan balon sekitar 14 – 20 mmHg.
Perubahan – perubahan fisiologis akibat trakeostomi antara lain :
1.      Penderita tidak bias berbicara.
2.      Reflex batuk menurun.
3.      Tidak ada proses pemanasan dan pelembapan udara inspirasi.
4.      Adanya gangguan pergerakan glottis pada waktu menelan sehingga penderita sering tersedak karena aspirasi ludah kedalam laring dan trakea.
5.      Trakeostomi yang menggunakan kanul dengan balon ( cuff ) , tekanan balon pada dinding lateral trakea dapat menyebabkan hipoksia epitel mukosa trakea.
Pentingnya suction :
Adanya kanul dalam trakea yang merupakan benda asing bagi tubuh, akan merangsang pengeluaran sekresi yang berlebihan sehingga tindakan pengisapan lender menjadi sangat penting dalam perawatan pasca trakeostomi. Beberapa jam pertama pasca trakeostomi tindakan pengisapan secret dilakukan setiap 15 menit, selanjutnya tergantung pada banyaknya secret dan kondisi penderita. Pengisapan secret dilakukan dengan kateter pengisap yang steril dan disposibel. Pada waktu kateter pengisap dimasukkan kedalam trakea, tidak boleh dalam keadaan negative.  Lama setiap pengisapan kurang lebih 8 – 10 detik. Antara pengisapan dengan pengisapan berikutnya diberi selang waktu beberapa saat agar udara perlu tidak banyak terhisap, dengan demikian residu volume tidak banyak berkurang. Setelah ujung kateter pengisap sampai dibroncus ( kurang lebih 15 – 20 cm ) dilakukan pengisapan perlahan – lahan sampai memutar kateter pengisap. Kateter pengisap yang digunakan memiliki diameter 1/3 diameter tube, dengan ujung kanul tumpul dan lunak.

Hal – hal yang dilakukan sebelum suction :
1.      Penderita diberi oksigen selama 2 – 3 menit.
2.      Bila didapat secret kental dapat diberi larutan garam fisiologis ( NaCl 0,9% ) beberapa tetes sebelum dilakukan pengisapan.
3.      Dengan adanya trakeostomi, fungsi humidifikasi yang sebelumnya dilakukan oleh saluran nafas bagian atas menghilang. Untuk iitu diperlukan humidifikasi buatan sebagai pengganti.
Cara – cara humidifikasi udara inspirasi antara lain :
1.      Condensor humifier. Alat ini dipasang pada kanul trakea. Pada waktu ekspirasi uap air mengembun pada lempeng – lempeng kondensor. Alat ini harus diganti setiap 3 jam.
2.      Dengan melewatkan udara inspirasi pada recervoir yang kelembabannya diatur dengan thermostat. Alat ini relative lebih efisien.
3.      Secara sederhana dapat dilakukan dengan menempatkan kasa yang telah dibasahi dengan air steril di depan lubang kanul.





DAFTAR PUSTAKA
Perry P, 1993, Fundemental Of Nursing, CV Mosby Company, St Louis Missouri.
Azis Alimut Hidayat, 2004, Buku Saku Praktikum “ Kebutuhan Dasar Manusia “, EGC Jakarta.
Eni Kusyati, 2006, “ Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar “, EGC Jakarta.
Priharjo Robert, 2006, “ Pengkajian Fisik Keperawatan “, EGC Jakarta.

Penuntun Panum. 2007. UNHAS. Makassar.