widgeo.net

Sabtu, 07 Juni 2014

pemeriksaan fisik

PEMERIKSAAN FISIK
A.    Pengertian
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh pasien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara :
1.      Melihat ( Inspeksi )
Inspeksi adalah penggunaan penglihatan, pendengaran dan penghidu untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik tertentu dari bagian fungsi tubuh.
2.      Meraba ( Palpasi )
Palpasi adalah pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat teraba dengan menggunakan bagian tangan yang berbeda untuk mendeteksi jaringan, bentuk, suhu, persepsi getaran atau pergerakan dan konsistensi. Keterampilan ini seringkali digunakan bersama atau setelah inspeksi.
3.      Mengetuk ( Perkusi )
Mengetuk permukaan tubuh dengan jari untuk menghasilkan getaran yang menjalar melalui jaringan tubuh. Karakter bunyi menentukan lokasi, ukuran, bentuk dan kepadatan struktur dibawah kulit untuk memastikan keabnormalan yang terkaji melalui palpasi dan auskultasi.
4.      Mendengar ( Auskultasi )
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang terbentuk dalam organ untuk mendeteksi perbedaan dari normal.

B.     Tujuan
Memperoleh data yang berhubungan dengan keadaan pasien dalam rangka menegakkan diagnosa, tindakan pengobatan dan perawatan.
C.    Bagian tubuh yang diperiksa
Bagian – bagian yang diperiksa meliputi seluruh tubuh pasien atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, antara lain :
1.      Kulit
2.      Rambut
3.      Kuku
4.      Muka
5.      Mata
6.      Hidung
7.      Mulut
8.      Telinga
9.      Tenggorokan
10.  Leher
11.  Dada
12.  Tulang belakang
13.  Anggota gerak
Selain pemeriksaan tersebut diatas perlu diperhatikan juga gejala objektif pasien, misalnya :
1.      Sikap pasien : ketakutan, apatis dan sejenisnya.
2.      Sikap tubuh pasien : biasa, lordosis atau kyphosis.

D.    Persiapan
1.      Alat
a.       Lampu baterai
b.      Spatel lidah
c.       Handscoon / sarung tangan
d.      Vaselin atau pelicin lain
e.       Reflex hammer
f.       Thermometer
g.      Stetoskop
h.      Bengkok ( Nierbekken )
i.        Bengkok berisi larutan desinfektan
j.        Buku catatan untuk perawat
k.      Catatan medic pasien
2.      Pasien
a.       Pasien diberi penjelasan tentang hal – hal yang akan dilakukan,
b.      Posisi pasien disesuaikan dengan kebutuhan.


E.     Prosedur kerja
1.      Melihat ( Inspeksi )
·         Penerangan dan pemajanan yang baik penting untuk pemeriksaan cermat,
·         Setiap bagian tubuh dilihat mengenai ukuran, bentuk, warna, posisi, kesimetrisan dengan bagian tubuh yang berlawanan, dan adanya suatu abnormalitas.
2.      Meraba ( Palpasi )
·         Pastikan klien rileks dan pada posisi yang nyaman untuk menghindari tegangan otot yang dapat merubah hasil palpasi,
·         Minta pasien menarik nafas untuk meningkatkan relaksasi otot,
·         Palpasi daerah yang dicurigai ada nyeri tekan,
·         Tiga metode palpasi yang dapat digunakan antara lain :
ü  Palpasi ringan : jari – jari dengan lembut diletakan diatas permukaan kulit ; kulit ditekan kurang lebih sedalam 1cm( ½ inci ),
ü  Palpasi dalam : digunakan untuk memeriksa keadaan organ dan massa ; kulit ditekan sedalam kurang lebih 2,5 cm ( 1 inci ), perhatian diperlukan untuk mengurangi cidera internal,
ü  Palpasi bimanual : kedua tangan digunakan untuk mempalpasi dalam ; satu tangan ( tangan yang meraba ) direlaksasi dan diletakkan dengan ringan diatas kulit klien. Tangan yang aktif menekan tangan yang meraba. Tangan yang dibawah tetap relaksasi untuk mendeteksi karakteristik organ.
3.      Mengetuk ( Perkusi )
·         Perkusi langsung : permukaan tubuh diketuk langsung dengan satu atau dua ujung jari,
·         Perkusi tak langsung :
ü  Jari tengah tangan yang tidak dominan ( pleksimeter ) diletakan dengan lembut diatas permukaan tubuh,
ü  Dengan telapak tangan dan jari tidak menyentuh permukaan tubuh, ujung jari tengah dari jari tangan yang dominan ( pleksor ) memukul dasar persendian distal pleksimeter,
ü  Pukulan harus dilakukan dengan cepat dan tajam dengan lengan tetap, tak bergerak dan pergelangan tangan rileks. Pukulan yang cepat dan ringan menghasilkan bunyi terjelas,
ü  Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh untuk membentuk perbandingan bunyi perkusi akurat.
4.      Mendengar ( Auskultasi )
·         Pastikan bagian telinga stetoskop terpasang baik dan nyaman, dengan sudut binaural dan bagian telinga mengikuti lekuk rongga telinga ( kebanyakkan orang menggumakannya dengan mengarah kedepan bawah ),
·         Bel stetoskop paling baik digunakan untuk bunyi bernada rendah seperti bunyi abnormal jantung dan bunyi vascular, bagian diafragma paling baik digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus besar, paru dan bunyi jantung normal,
·         Karakteristik yang harus diuji adalah :
ü  Frekuensi : jumlah siklus gelombang suara dihitung perdetik dengan obyek bergetar, berkisar dari tinggi ke rendah,
ü  Kepekakkan : amplitude dari gelombang suara berkisar dari lembut ke keras,
ü  Kualitas : suatu karakteristik yang membedakan bunyi dari frekuensi dan kepekakkan yang serupa, digambarkan dengan istilah tiupan, desiran dan berdenguk,
ü  Durasi : lamanya suatu bunyi berakhir sebagai bunyi yang terus menerus, berkisar dari pendek sampai menengah sampai panjang,

ü  Perhitungan sumber dan penyebab, sisi pasti dimana bunyi terdengar sebaik – baiknya dan kualitas normal yang diharapkan untuk mengkaji penyimpangan dari normal.